Kamis, 12 Januari 2012

SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PERINGATAN HARI MENANAM POHON INDONESIA DAN BULAN MENANAM NASIONAL TAHUN 2011 DI SENTUL, BOGOR TANGGAL 28 NOVEMBER 2011







 Bismillahirrahmanirrahim,
Assalamualaikum warrahmatullahi wabarakatuh,
Salam sejahtera untuk kita semua,

Yang saya hormati Saudara Wakil Presiden Republik Indonesia dan hadirin sekalian, baik yang berada di tempat ini maupun yang berada di Sumatera Utara, Jawa Tengah, dan Kalimantan Timur.

Biasanya, kalau Presiden hadir dalam sebuah acara, Wakil Presiden tidak hadir. Hanya sejumlah acara yang sangat penting yang dihadiri oleh, baik Presiden dan Wakil Presiden, misalnya peringatan Hari Kemerdekaan 17 Agustus 1945, Hari Pahlawan, Hari Tentara Nasional Indonesia, Hari Bhayangkari. Berarti, Gerakan Tanam 1 Miliar Pohon adalah merupakan gerakan yang sangat penting.

Saudara-saudara,
Pada tanggal 5 Januari 2006, berarti lima tahun yang lalu, terjadi musibah banjir bandang di Jember, Jawa Timur. Saya segera datang, kemudian menuju ke lokasi, melihat beberapa desa yang tersapu, porak-poranda oleh banjir besar bersama lumpur. Saya masuk ke dalam, saya berdialog dengan bupati, dengan jajaran pemerintah daerah waktu itu. Saya lihat di hulu sungai beberapa bukit nampak gundul. Saya tanyakan, ”Kapan gundulnya ini?” ”Ya, beberapa tahun yang lalu, Pak.” ”Kenapa?” ”Dulu ada tindakan pembabatan hutan atau penebangan pohon yang tidak terkendali.” Saya bilang, ”Lihat, ini akibat tindakan yang tidak bertanggung jawab. Terjadi penderitaan manusia, masyarakat kita, karena ada yang meninggal, luka-luka, belum kerugian harta benda.” Itu terjadi pada tahun 2006, salah satu contoh nyata betapa bencana alam terjadi karena tidak terpeliharanya wilayah hutan di bukit-bukit di sekitar daerah bencana waktu itu.

Dua tahun kemudian, juga bulan Januari tahun 2008, terjadi banjir luapan Sungai Bengawan Solo. Saya juga datang, langsung meninjau tempat-tempat yang disapu oleh banjir Sungai Bengawan Solo, utamanya di Kabupaten Sukoharjo dan di wilayah Surakarta. Sama, terjadi malapetaka karena banjir yang besar, dan kalau dilacak, salah satu penyebab banjir ekstrim seperti itu antara lain karena terjadinya penggundulan hutan-hutan yang tidak semestinya terjadi.

Di antara kedua waktu itu, 2006-2008, saya sering berkunjung ke daerah, termasuk ketika terjadi bencana di daerah. Yang saya ingat, saya melihat bencana tanah longsor, misalnya di Manggarai, Nusa Tenggara Timur, kemudian juga tanah longsor, tanah bergerak, landslide, yang ada di lereng Gunung Lawu, di Tawangmangu, Karanganyar. Semua itu menunjukkan bahwa terjadinya banyak bencana di negeri kita, khususnya banjir dan tanah longsor, sebab utamanya adalah bukit-bukit, hutan-hutan di sekitar daerah itu yang sudah rusak atau tidak terpelihara dengan baik.

Dari cerita pertama ini, saya bisa menarik kesimpulan. Pertama, bahwa bencana banjir dan bencana tanah longsor itu nyata, riil, dan itu bisa setiap saat datang, imminent. Jadi, nyata dan setiap saat bisa terjadi di negeri kita.

Hadirin sekalian yang saya cintai,
Saat ini atau beberapa minggu yang lalu, kita mendengar terjadinya bencana banjir besar yang meluas di wilayah Asia Tenggara: di Thailand, Kamboja, Laos, Vietnam, yang kalau kita ikuti, banjir yang begitu besar telah merusak tanaman industri dan kehidupan masyarakat di negara-negara itu.

Minggu yang lalu, saya bertemu dengan para pemimpin negara-negara itu. Beliau semua menjelaskan dampak atas banjir yang terjadi di negaranya masing-masing. Bahkan, dikhawatirkan karena setelah 40-50 tahun baru terjadi banjir berskala besar seperti ini. Dan kemudian, setelah banjir datang, tidak segera surut, masih bertahan berminggu-minggu, dikhawatirkan akan mengganggu pola tanam produksi dan produktivitas tanaman padi, yang sesungguhnya Asia Tenggara adalah lumbung padi dunia. Itu juga contoh bencana banjir yang datang.

Saudara-saudara,
Bencana alam di luar gempa bumi, tsunami, dan letusan gunung berapi sekarang memang kerap terjadi di belahan dunia manapun. Ini menunjukkan bahwa iklim dan cuaca sering mengalami bentuknya yang ekstrim: taufan, badai, kebakaran hutan, kemarau panjang yang menimbulkan tragedi kemanusiaan di mana-mana.

Cerita yang kedua ini menghadirkan kesimpulan yang kedua. Apa itu? Pemanasan global, global warming, dan perubahan iklim climate change itu juga riil, nyata, dan juga sudah mulai kita rasakan dampaknya, imminent, dihampir semua negara di dunia.

Saudara-saudara,
Di sisi lain, bagi yang sering memperhatikan alam sekitar, di Jakarta saja, karena saya dan istri itu pemerhati pohon-pohon di sekitar Jakarta, dan di Jakarta, pemerhati langit seperti apa, air sungai atau danau-danau seperti apa, kita lihat Jakarta, akibat kampanye Gerakan Tanam dan Pelihara Pohon, tahun-tahun terakhir ini sering kali kita lihat langitnya cerah, bersih, biru. Pohon-pohon kelihatan lebih subur di banyak tempat di Jakarta. Padahal kalau kita lihat di banyak kota besar di dunia ini, yang jarang sekali melihat langit yang seperti di kota-kota yang masih biru, bersih, cerah, ataupun keadaan yang hijau karena terawat baiknya pepohonan yang ada di tempat itu.

Saya ingin memberi contoh, dari Jakarta ke sebuah kota kecil tempat kelahiran saya, Pacitan. Pacitan itu adalah tempat yang tandus, sulit air, tanahnya gersang begitu. Tetapi kalau Hadirin sempat bepergian ke Pacitan dari arah Yogyakarta atau dari arah Surakarta menuju ke Pacitan, yang tadinya tandus, kering kerontang sekarang sudah hijau karena tahun-tahun terakhir dilakukan penghijauan, penghutanan, dan penanaman pohon-pohon di kawasan yang tandus itu.

Dari cerita yang ketiga ini, maka saya bisa menarik kesimpulan yang ketiga, yaitu kita bisa mengubah keadaan, we can change for the better. Kita juga bisa mencegah kerusakan yang tidak perlu. Paling tidak, mengurangi akibat bencana alam.

Saudara-saudara,
Saya telah berbagi cerita dan saya telah menyampaikan kesimpulan-kesimpulan yang sangat penting untuk kita pahami. Dan yang lebih itu, sangat penting untuk kita bisa lebih bergiat lagi menyelamatkan lingkungan kita, termasuk hutan-hutan yang ada di negeri ini.

Hari ini, sebagaimana yang disampaikan oleh Menteri Kehutanan dan Gubernur Jawa Barat tadi, atau setiap tanggal 28 November, kita melaksanakan Gerakan Tanam dan Pelihara Pohon yang sekarang menjadi Gerakan Tanam 1 Miliar Pohon setiap tahunnya. Saya mengajak, bukan peringatannya, dimana kita hadir di Bukit Merah Putih ini, tapi harus lebih kita lihat kita melakukan tindakan nyata, menanam pohon di seluruh Indonesia, 1 miliar pohon minimal, dan akan terus kita jalankan belasan, bahkan puluhan tahun ke depan. Untuk apa, Saudara-saudara? Ya, seperti yang saya katakan tadi, untuk mengubah keadaan dan untuk mencegah kerusakan. Ini tentu untuk anak cucu kita, demi masa depan kita.

Saudara-saudara sudah mendengar atau sering mendengar bahwa Indonesia telah menetapkan national policy, kebijakan nasional, yang juga diimbangi dengan aksi nasional, national action, yaitu kita ingin sebelum tahun 2020 bisa mengurangi emisi karbondioksida sebanyak 26 persen, dari kalau kita tidak berbuat apa-apa atau business as usual, dengan prioritas adalah pada pemeliharaan dan pengamanan hutan.

Secara internasional, yang disebut dengan management of forest, pemeliharaan atau proteksi hutan itu adalah mencegah perambahan hutan, avoid deforestation, menghutankan kembali reforestation, mencegah atau memerangi pembalakan liar illegal logging, kemudian mencegah atau mengatasi kebakaran hutan yang sering terjadi, kemudian mengelola, melindungi lahan-lahan gambut atau big lands.

Itulah yang sekarang sering menjadi kerangka kerja sama internasional dalam pemeliharaan hutan, misalnya Indonesia dengan Norwegia, dengan konsep Redd Plus, melakukan kerja sama seperti itu. Demikian juga Indonesia dengan negara-negara lain. Mengapa? Negara lain punya kepentingan untuk melindungi hutan-hutan di Indonesia karena hutan di Indonesia, sama dengan hutan di Kongo dan hutan di Amazon, itu adalah paru-paru dunia. Yang perlu sehat adalah masyarakat dunia. Oleh karena itu, menjadi fair dan baik kalau masyarakat dunia juga peduli. Dalam hal ini, membantu dan bekerja sama dengan Indonesia, misalnya untuk memelihara hutan yang ada di negeri ini.

Tetapi, disamping itu, diluar itu, dengan kesadaran sendiri, dengan inisiatif kita sendiri, Indonesia menambahkan lagi satu gerakan nasional yang kita lakukan seperti hari ini, yaitu benar-benar ingin menghutankan kembali wilayah Indonesia yang tadinya hijau, yang puluhan tahun menjadi tidak hijau. Dengan demikian, insya Allah lingkungan Indonesia akan kembali pulih dan masa depan kita akan menjadi baik.

Kita menanam pertama kali 100 juta, 200 juta. Tapi, setelah saya lihat tragedi di negeri kita 2006-2008, maka seperti Menhut tadi, kita tetapkan sasarannya sekarang adalah minimal 1 miliar. Lihat negeri kita 20, 30 tahun mendatang. Sebagian dari kita barangkali sudah dipanggil oleh Yang Maha Kuasa. Tapi, yang masih diberikan usia panjang, 20, 30 tahun dari sekarang, lihat kalau kita terus menanam pohon minimal 1 tahun 1 miliar pohon ini, Indonesia akan jauh berubah, dan itu adalah sebagai rasa syukur kita kepada Allah SWT.

Kita melakukan sesuatu tentu ada tujuannya, apalagi negara, apalagi rakyat. Kita melakukan seperti ini punya tujuan jangka panjang long-term goals. Pertama, kita menyumbang pada dunia agar pemanasan global dan perubahan-perubahan iklim tidak terus terjadi dan makin memburuk. Indonesia ingin menyumbang sebagai warga dunia. Itu jangka panjang.

Secara lokal, Indonesia juga ingin tidak mudah terjadi banjir dan tanah longsor di negeri kita, sebagaimana yang kita lihat tahun-tahun 2004, 2005, 2006, 2007, 2008 yang lalu. Sekarang pun, sekali-sekali masih terjadi. Ada kepentingan nasional kita, kepentingan lokal kita.

Dan yang ketiga, termasuk long-term goals, adalah demi keamanan pangan.

Bayangkan, Saudara. Penduduk dunia sekarang 7 miliar dan bertambah. Buminya tidak bertambah. Bahkan, sebagian mengalami kerusakan, yang tadinya untuk pertanian kita. Oleh karena itu, wajib hukumnya kita betul-betul mencegah kerusakan lagi atas lahan dan tanah, di mana kita bisa mendapatkan sumber-sumber pangan untuk dunia kita.

Satu miliar pohon per tahun, Saudara tahu, jangka panjang itulah yang bisa disumbangkan oleh Indonesia kepada dunia dan kepada negerinya sendiri.

Saudara-saudara,
Bagian kedua yang ingin saya sampaikan tidak terkait langsung dengan Gerakan Tanam 1 Miliar Pohon ini, tetapi berkaitan dengan lingkungan, dengan iklim, dan cuaca. Hari Jumat yang lalu, saya meminta Kepala BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika) untuk melaporkan kepada saya dan kabinet tentang prakiraan iklim dan cuaca akhir tahun ini dan awal tahun depan, karena sudah mulai dibicarakan awal tahun depan curah hujan akan meningkat. Bahaya banjir bisa datang lagi, termasuk di Jakarta. Apalagi, sekarang Asia Tenggara sudah mengalami banjir besar dan berskala luas.

Kepala BMKG melaporkan, sebenarnya bulan Desember, Januari, Februari, Maret, iklim Indonesia diperkirakan normal, meskipun ada peningkatan curah hujan. Mengapa? Ada tiga hal yang rakyat harus tahu, seperti apa prakiraan iklim kita di masa depan. Pertama, andai apabila dari Pasifik itu ada penambahan air ke Indonesia, penambahan masa uap air, namanya La Nina, maka kemungkinan curah hujan meningkat. Tapi sebaliknya, kalau yang terjadi uap air itu dipindahkan dari Indonesia dibawa ke Pasifik, namanya El Nino, justru kita akan menghadapi ancaman kekeringan. Itu satu faktor.

Faktor yang kedua, di Samudera Hindia, Afrika Timur, dan Indonesia, kalau ada penambahan masa uap air dari Afrika ke Indonesia, namanya Dipole Mode yang negatif, maka terjadi uap air itu. Tapi sebaliknya, kalau dipindahkan dari Indonesia ke arah Afrika Timur, Dipole Modenya seperti itu, berarti kita tidak akan mengalami curah hujan yang tinggi. Itu yang kedua.

Baru yang ketiga, Indonesia sendiri lautannya seperti apa? Apakah suhunya hangat atau dingin? Kalau suhunya hangat, uap air akan banyak. Ditinjau dari tiga hal tadi, sirkulasi uap air di Pasifik, di Samudera Hindia, dan suhu di negeri kita diperkirakan 4-5 bulan mendatang sebenarnya normal, tapi tetap ada peningkatan curah hujan. Meskipun iklimnya normal, tetapi cuaca ekstrim setiap saat bisa terjadi. Cuaca ekstrim, hujan lebat 3, 4, 5 hari pun bisa mengakibatkan banjir dan tanah longsor apabila keadaan hutan-hutan di hulu sungai, di wilayah, atau daerah sepanjang aliran sungai tidak terpelihara dengan baik. Oleh karena itu, ada yang memang di luar jangkauan kita, tapi ada yang berada dalam jangkauan kita, dan itulah yang harus kita lakukan.

Saya telah menginstruksikan pada jajaran pemerintahan, baik pusat maupun daerah, untuk mengantisipasi agar apabila cuaca ekstrim datang 3, 4 bulan ke depan ini. Kita siap dan kita bisa mengurangi dampak dari bencana alam itu.

Saya menceritakan yang kedua ini. Sungguh pun ada yang di luar kemampuan kita, tapi kalau sekali lagi bukit-bukit kita, gunung-gunung kita, daerah aliran sungai kita terpelihara dengan baik, termasuk pohon-pohon yang rindang, kita akan sangat bisa mengurangi dampak dari bencana itu.

Saudara-saudara,
Itulah yang ingin saya sampaikan pada kesempatan yang baik ini. Dan, saya mengucapkan selamat kepada yang menerima penghargaan tadi. Teruslah menjadi contoh di dalam pemeliharaan lingkungan. Dan, saya mengajak seluruh rakyat Indonesia, utamanya para pemimpin, agar Gerakan Tanam dan Pelihara Pohon dijadikan prioritas.

Kalau ada musim Pilkada (Pemilihan Kepala Daerah), rakyat tanyakan kepada calon-calon gubernur, calon-calon bupati, calon-calon wali kota apa konsepnya, kalau terpilih, di dalam memelihara lingkungan dan tanam dan pelihara pohon. Akan sangat bagus kalau calon-calon pemimpin, di samping punya rencana yang baik, termasuk ekonomi, teknologi, semuanya begitu, plus kepedulian dan atensi yang tinggi terhadap pemeliharaan lingkungan, karena akan membawa kebaikan bagi negara kita.

Demikianlah, Saudara-saudara. Saya ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah bekerja keras untuk menyukseskan Gerakan Tanam 1 Miliar Pohon ini. Terima kasih.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

*****
Biro Pers, Media dan Informasi
Sekretariat Presiden

Tidak ada komentar:

Posting Komentar